Ruang Nyaman di Koridor F
Aku datang ke kampusku untuk menjalani aktivitasku
seperti biasa. Tak ada yang berubah, tak ada yang spesial saat aku kembali menginjakkan
kaki di kampus tercinta ini. Aku berjalan menyusuri anak demi anak tangga
hingga aku sampai di tingkatan yang biasa disebut lantai dua. Sesampainya di
lantai dua aku berjalan menuju ruangan yang bernama 202F yang berada di koridor
F di lantai tersebut. Aku sempat kebingungan mencari di mana ruangan itu
berada.
Aku berjalan menyusuri satu persatu koridor demi koridor
kotak yang ada di lantai dua. Hingga akhirnya aku berhenti pada pencarianku ketika aku melihat dari
depan pintu kaca bening ada benda persegi panjang coklat yang di depannya
bertuliskan angka dan huruf 202F. Melihat angka dan huruf yang terpampang di
depan benda berbentuk persegi panjang berwarna coklat itu, aku
langsung berjalan menuju ruangan itu.
Setelah
sampai di depan benda persegi panjang berwarna coklat yang biasa disebut pintu
itu, aku pun
membuka gagang pintu tersebut dengan tangan kananku
lalu mendorong tubuh pintu tersebut hingga terbuka.
Saat pintu
ruangan itu terbuka, hati ini cukup
tercengang melihat sudah banyak makhluk
hidup yang duduk di kursi hijau hitamkhas kampusku yang
sudah tersedia. Pada awalnya, aku sempat bingung di mana aku harus meletakkan
tas dan menyandarkan punggung ini,
akhirnya aku memilih untuk duduk di kursi yang berada di barisan ke tiga dari
depan. Kaki ini
berjalan menuju barisan kursi yang cukup sempit itu hingga harus membuat tubuh ini memiringkan posisinya.
Akhirnya tubuh ini bisa ku sandarkan di kursi hijau hitam nan empuk ini sembari
meletakkan tas
tepat di bawah kursi tempatku duduk. Aku langsung
menyandarkan punggung ini di kursi hijau
hitam khas kampus sambil memerhatikan seisi
ruangan itu. Maklum saja, kala itu adalah kali pertamaku memasuki ruangan
tersebut. Ruangan tersebut tentunya dipenuhi dengan puluhan kursi hijau hitam nan empuk yang
terjajar rapi membentuk barisan hingga lima barisan yang biasa digunakan oleh
mahasiswa untuk menyandarkan punggungnya pada saat belajar maupun istirahat.
Suasana kelas yang cukup ramai karena jam belum
menunjukkan jarumnya di angka delapan makhluk
hidup yang berada di dalam ruangan pun masih asik bersenda gurau dan berbincang
mengenai hal apapun yang ingin mereka bicarakan. Dengan papan tulis putih
bersih yang belum ternodai oleh tinta dari spidol hitam yang biasa digunakan
oleh dosen saat mengajar. Serta tidak
lupa jam dinding yang selalu setia menempel di sisi kanan papan tulis putih nan
bersih itu. Tentu tidak ketinggalan pula seperangkat
komputer yang terdiri dari pc, cpu,
keyboard, dan mouse terjajar rapi
di sudut kanan ruangan. Proyektor yang
tidak pernah mengeluh karena selalu digantung di tengah langit-langit ruangan.
Jendela kaca bening yang berada tepat di belakang ruangan sebagai pengganti
tembok pun membuat ruangan mendapatkan cukup pencahayaan sehingga ruang tersebut
tidak perlu lagi menggunakan penerang ruangan yang disebut lampu. Suhu di
ruangan yang cukup dingin membuat makhluk hidup yang ada di dalamnya merasa
nyaman dan tidak perlu lagi berkeluh kesah mengenai panasnya suhu ruangan.
Aku selalu merasa
sangat nyaman ketika berada di ruangan ini. Belajar bersama teman sekelasku
dengan sesekali mengeluarkan gelak tawa akibat perbincangan yang kami
perbincangkan bersama dengan dosen. Hingga tidak terasa jam dinding sudah memperlihatkan jarumnya yang menunjuk
angka sepuluh menunjukkan waktu belajar pun telah
usai. Tubuh ini harus segera beranjak pergi dari ruangan
tersebut karena masih ada lagi makhluk hidup lain yang akan merasakan suasana
nyaman dari ruangan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar